“
TEORI SASTRA”
Oleh
NAMA : Yitran Ludani
NIM : 14 421 025
KELAS :
A / SEMESTER 1
UNIVERSITAS
NEGERI MANADO
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun naikkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyanyang kerena
pimpinan-NYA sehungga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi penilaian dalam mata kuliah Teori Sastra, dalam
penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat didalamnya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menjadikan motifasi dalam perbaikan dihari kedepan
nantinya. Terima Kasih.
Tondano, Desember 2014
Penyusun,
Yitran
Ludani
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………..........................................................................2
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………….........3
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………………………………………...…...4
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………………………...............................4
B.
Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………………….5
C.
Tujuan
Penulisan…………………………………………………………………………………………...5
BAB II
PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………...6
A.
Pengertian
Psikologi ……………………………………………………………………………………….6
B.
Pengertian
Teori Strukturalisme …………………………………………………………………………7
C.
Pengertian
Psikologi Sastra para Ahli ……………………………………………………………………8
D.
Kelemahan
dan Keilmiahan Teori Strukturalisme ……………………………………………………...9
E.
Soal
dan Jawaban …………………………………………………………………………………………..9
BAB III PENUTUP
………………………………………...………………………………………………………12
A.
KESIMPULAN
……………………………………………………………………………………………12
B.
SARAN
……………………………………………………………………………………………………..13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
1.
Teori
Strukturalisme
Secara Etimologis struktur berasal dari kata Structure,
bahasa latin yang berarti bentuk atau bangunan. Struktur berasal dari kata Structura
(Latin) = bentuk, bangunan (kata benda). System (Latin) = cara (kata
kerja). asal usul strukturalis dapat dilacak dengan Poetica
Aristoteles, dalam kaitannya dengan tragedi, lebih khusus lagi dalam
pembicaraannya mengenai plot. Plot memiliki ciri-ciri: kesatuan, keseluruhan,
kebulatan, dan keterjalinan (Teeuw, 1988: 121-134). Strukturalisme berasal dari
bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangun), structura
berarti bentuk bangunan. Secara Etimologis struktur berasal dari kata Structura,
bahasa latin yang berarti bentuk atau bangunan.
2. Psikologi
Sastra
Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan
mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Artinya, psikologi
turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja
dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh,
maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan
dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Jadi, Secara
umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat
hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi Sastra”.
B.
Rumusan
Masalah
1.1.
Psikologi sastra
Adapun rumusan masalah yang dapat
kami simpulkan berdasarkan latar belakang diatas yaitu :
- Apakah defenisi Psikologi Sastra?
- Jelaskan penelitian psikologi sastra?
- Jelaskan konsep umum Psikoanalisis didalam sastra?
1.2.
Teori Strukturalisme
Dari permasalahan yang
penyusun angkat, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan teori sastra strukturalisme?
2. Bagaimana Keilmiahan dan kelemahan Teori sastra Strukturalisme?
1. Apa yang dimaksud dengan teori sastra strukturalisme?
2. Bagaimana Keilmiahan dan kelemahan Teori sastra Strukturalisme?
C.
Tujuan
Penulisan
1.1.
Psikologi Sastra
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu penulis sangat
berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi kita sebagai mahasiswa maupun
khalayak umum yang membacanya agar lebih mengetahui tentang Psikologi sastra .
1.2. Teori Strukturalisme
Tujuan penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Sastra sekaligus sebagai
pembelajaran yang merupakan salah satu tempat untuk mendapatkan pengetahuan
tentang Teori Sastra.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang
jiwa. Sedangkan sastra adalah ilmu tentang karya seni dengan tulis-menulis.
Maka jika diartikan secara keseluruhan, psikologi sastra merupakan ilmu yang
mengkaji karya sastra dari sudut kejiwaannya. Menurut Wellek dan Austin
(1989:90), Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian.
Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai
pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan
hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Dan yang keempat
mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Pendapat Wellek dan
Austin tersebut memberikan pemahaman akan begitu luasnya cakupan ilmu psikologi
sastra. Psikologi sastra tidak hanya berperan dalam satu unsur saja yang
membangun sebuah karya sastra. Mereka juga menyebutkan, “Dalam sebuah karya
sastra yang berhasil, psikologi sudah menyatu menjadi karya seni, oleh karena
itu, tugas peneliti adalah menguraikannya kembali sehingga menjadi jelas dan
nyata apa yang dilakukan oleh karya tersebut”
Menurut
Ratna (2004:350), “Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan
mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya, psikologi
turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja
dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh,
maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan
dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra.. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat hingga
melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi Sastra”.
Artinya, dengan meneliti sebuah karya sastra melalui pendekatan Psikologi
Sastra, secara tidak langsung kita telah membicarakan psikologi karena dunia
sastra tidak dapat dipisahkan dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat dalam
karya sastra tersebut.
B. Pengertian Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme sastra
merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan
keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri
sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya di dalam
relasi, baik relasi asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang
dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang
lebih luas (bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain dalam periode
tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi, ataupun kontras dan
parodi (Hartoko, 1986: 135-136).
Istilah kritik strukturalisme secara khusus mengacu kepada praktik kritik sastra yang mendasarkan model analisisnya pada teori linguistik modern. Tetapi umumnya strukturalisme mengacu kepada sekelompok penulis di Paris yang menerapkan metode dan istilah-istilah analisis yang dikembangkan oleh Ferdinan de Saussure (Abrams, 1981: 188-190). Strukturalisme menentang teori mimetik, yang berpandangan bahwa karya sastra adalah ( tiruan kenyataan), teori ekspresif, yang menganggap sastra pertama-tama sebagai ungkapan perasaan dan watak pengarang, dan menentang teori-teori yang menganggap sastra sebagai media komunikasi antara pengarang dan pembacanya.
Teori strukturalisme memiliki latar belakang sejarah evolusi yangcukup panjang dan berkembang secara dinamis. Dalam perkembangan itu terdapat banyak konsep dan istilah yang berbeda-beda, bahkan saling bertentangan. Misalnya, strukturalisme di Perancis tidak memiliki kaitan erat dengan strukturalisme ajaran Boas, Sapir, dan Whorf di Amerika. Akan tetapi semua pemikiran strukturalisme dapat dipersatukan dengan adanya pembaruan dalam ilmu bahasa yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure. Jadi walaupun terdapat banyak perbedaan antara pemikir-pemikir strukturalis, namun titik persamaannya adalah bahwa mereka semua memiliki kaitan tertentu dengan prinsip-prinsip dasar linguistik Saussure (Bertens, 1985: 379381).
-Ferdinand de Saussure meletakkan dasar bagi linguistik modernmelalui mazhab yang didirikannya, yaitu mazhab Jenewa. Menurut Saussure prinsip dasar linguistik adalah adanya perbedaan yang jelas antara signifiant (bentuk, tanda, lambang) dan signifie (yang ditandakan), antara parole (tuturan) dan langue (bahasa), dan antara sinkronis dan diakronis. Dengan klasifikasi yang tegas dan jelas ini ilmu bahasa dimungkinkan berkembang menjadi ilmu yang otonom, di mana fenomena bahasa dapat dijelaskan dan dianalisis tanpa mendasarkan diri atas apa pun yang letaknya di luar bahasa. Saussure membawa perputaran perspektif yang radikal dari pendekatan diakronik ke pendekatan sinkronik. Sistem dan metode linguistik mulai berkembang secara ilmiah dan menghasilkan teori-teori yang segera dapat diterima secara luas. Keberhasilan studi linguistik kemudian diikuti oleh berbagai cabang ilmu lain seperti antropologi, filsafat, psikoanalisis, puisi, dan analisis cerita.
Struktur bukanlah suatu yang statis, tetapi merupakan suatu yang dinamis karena didalamnya memiliki sifat transformasi. Karena itu, pengertian struktur tidak hanya terbatas pada struktur (structure), tetapi sekaligus mencakup pengertian proses menstruktur (structurant) (Peaget dalam Sangidu, 2004: 16). Dengan demikian, teori struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Istilah kritik strukturalisme secara khusus mengacu kepada praktik kritik sastra yang mendasarkan model analisisnya pada teori linguistik modern. Tetapi umumnya strukturalisme mengacu kepada sekelompok penulis di Paris yang menerapkan metode dan istilah-istilah analisis yang dikembangkan oleh Ferdinan de Saussure (Abrams, 1981: 188-190). Strukturalisme menentang teori mimetik, yang berpandangan bahwa karya sastra adalah ( tiruan kenyataan), teori ekspresif, yang menganggap sastra pertama-tama sebagai ungkapan perasaan dan watak pengarang, dan menentang teori-teori yang menganggap sastra sebagai media komunikasi antara pengarang dan pembacanya.
Teori strukturalisme memiliki latar belakang sejarah evolusi yangcukup panjang dan berkembang secara dinamis. Dalam perkembangan itu terdapat banyak konsep dan istilah yang berbeda-beda, bahkan saling bertentangan. Misalnya, strukturalisme di Perancis tidak memiliki kaitan erat dengan strukturalisme ajaran Boas, Sapir, dan Whorf di Amerika. Akan tetapi semua pemikiran strukturalisme dapat dipersatukan dengan adanya pembaruan dalam ilmu bahasa yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure. Jadi walaupun terdapat banyak perbedaan antara pemikir-pemikir strukturalis, namun titik persamaannya adalah bahwa mereka semua memiliki kaitan tertentu dengan prinsip-prinsip dasar linguistik Saussure (Bertens, 1985: 379381).
-Ferdinand de Saussure meletakkan dasar bagi linguistik modernmelalui mazhab yang didirikannya, yaitu mazhab Jenewa. Menurut Saussure prinsip dasar linguistik adalah adanya perbedaan yang jelas antara signifiant (bentuk, tanda, lambang) dan signifie (yang ditandakan), antara parole (tuturan) dan langue (bahasa), dan antara sinkronis dan diakronis. Dengan klasifikasi yang tegas dan jelas ini ilmu bahasa dimungkinkan berkembang menjadi ilmu yang otonom, di mana fenomena bahasa dapat dijelaskan dan dianalisis tanpa mendasarkan diri atas apa pun yang letaknya di luar bahasa. Saussure membawa perputaran perspektif yang radikal dari pendekatan diakronik ke pendekatan sinkronik. Sistem dan metode linguistik mulai berkembang secara ilmiah dan menghasilkan teori-teori yang segera dapat diterima secara luas. Keberhasilan studi linguistik kemudian diikuti oleh berbagai cabang ilmu lain seperti antropologi, filsafat, psikoanalisis, puisi, dan analisis cerita.
Struktur bukanlah suatu yang statis, tetapi merupakan suatu yang dinamis karena didalamnya memiliki sifat transformasi. Karena itu, pengertian struktur tidak hanya terbatas pada struktur (structure), tetapi sekaligus mencakup pengertian proses menstruktur (structurant) (Peaget dalam Sangidu, 2004: 16). Dengan demikian, teori struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
C.
Pengertian
Psikologi Sastra Menurut beberapa Ahli
1.
Menurut
Ratna (2004:350), “Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan
mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya, psikologi
turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja
dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh,
maupun pembacanya.
2.
Penelitian
psikologi sastra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, melalui pemahaman
teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra.
Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek
penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan
untuk melakukan analisis.
D.
Kelemahan
Teori Strukturalisme dan Keilmiahan Teori Strukturalisme
Ø Kelemahan
Teori Struktural
Kelemahan terbesar dari strukturalisme adalah
sifatnya yang sinkronistis. Sebuah karya sastra dianggap sebagai sebuah dunia
tersendiri yang terlepas dari dunia lainnya. Padahal, sebuah karya sastra
adalah cermin zamannya. Artinya, karya sastra yang dihasilkan seorang pengarang
pada suatu kurun waktu tertentu merupakan gambaran dari kondisi kehidupan yang
terdapat dalam kurun waktu tersebut.
Ø Keilmiahan
Teori Strukturalisme
1. Sebagai aktivitas yang bersifat
intelektual, teori strukturalisme sastra mengarah pada tujuan yang jelas yakni
eksplikasi tekstual,
2. Sebagai metode ilmiah, teori ini memiliki cara kerja teknis dan rangkaian langkah-langkah yang tertib untuk mencapai simpulan yang valid, yakni melalui pengkajian ergosentrik,
3. Sebagai pengetahuan, teori strukturalisme sastra dapat dipelajari dan dipahami secara umum dan luas serta dapat dibuktikan kebenaran cara kerjanya secara cermat.
2. Sebagai metode ilmiah, teori ini memiliki cara kerja teknis dan rangkaian langkah-langkah yang tertib untuk mencapai simpulan yang valid, yakni melalui pengkajian ergosentrik,
3. Sebagai pengetahuan, teori strukturalisme sastra dapat dipelajari dan dipahami secara umum dan luas serta dapat dibuktikan kebenaran cara kerjanya secara cermat.
E.
Kumpulan
Beberapa Soal dan Jawaban
1. Jelaskan pengertian ilmu sastra?
Jawab :
Ilmu Sastra adalah
beberapa disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan dan hubungan langsung dengan
kajian sastra.(Ahmad Muzakki: 2006; 25) Ilmu Sastra adalah
Ilmu yang mempelajari tentang sastra untuk memahami dan menilai baik dan
buruknya sastra.
2.
Jelaskan
objek kajian ilmu sastra ?
Jawab
:
Bahan
untuk mewujudkan bentuk sastra adalah bahasa. Kareana Karya sastra adalah
sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat
bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada
orang lain. (A. Teeuw.2003;4-5).
3. Jelaskan sastra sebuah bahasan:
etimologi dan terminology?
Jawab :
Sastra Secara etimologi :Sastra (Sansekerta, shastra)
merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta śāstra, yang berarti “teks yang
mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti
“instruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu. Tetapi kata “sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis
tulisan, apakah ini indah atau tidak.
Sastra secara terminologi :Secara istilah menurut Usman Efendi (dalam Badudu,
1986:5)”kesusastraan (sastra) ialah ciptaan manusia dalm bentuk
bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus”.
4. Pengertian cerpen, roman, dan novel,
jelaskan !
Jawab :
Cerita
pendek Cerita
atau cerita pendek adalah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah
peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan
tersebut terdapat pula peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak
dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekedar sebagai pendukung peristiwa
pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti cerita hanya dikonsentrasikan pada
suatu peristiwa yang menjadi pokok ceritanya.
Roman
Istilah roman berasal dari genre
romance dari Abad Pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang
kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, belanda,
Prancis, dan bagian-bagian Eropa Daratan yang lain. Ada sedikit perbedaan antara
roman dan novel yakni bahwa bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman,
tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.
Novel
ialah
suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang
luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita). Dikatakan kejadian yang
luar biasa karena dari kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian,
yang mengalihkan jurusan nasib para tokoh. Novel hanya menceritakan salah satu
segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan
terjadinya perubahan nasib.
- Jelaskan pengertian kritik sastra !
Jawab :
Wellek memaparkan bahwa pengertian kritik
(sastra) berasal dari krites yang dalam bahasa Yunani berarti
hakim, atau berasal dari kata krinein yang berarti menghakimi. Dan dari kata
kritikos yang berarti hakim, karya sastra berasal muncul pada abad VI SM.,
ketika seorang bernama Philitas dari pulau kos untuk menjadi guru raja ptolomy
II di Alexandria (Yudiono KS: 1990; 19).
Secara etimologis, kritik berarti: 1)
membedakan yang baik dari yang jelek, 2) cacat dan kurang (Muhammad Abd
Al-Mun’im Khafaji: 1995; 9).
Kritik sastra menurut
istilah penilaian terhadap karya sastra secara benar serta menjelaskan nilai
dan kualitas sastranya (Ahmad Al-Syayib: 1964; 115)
Kritik sastra adalah kajian
tentang stilistika bahasa sastra serta mengetahui (memberikan penilaian) baik
dan buruknya (Thaha Musthafa Abu Karisy: 1976; 5).
Kritik Sastra ialah
pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil
terhadap baik buruknya kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra. (Prof.
DR. Henry Guntur Tarigan: 1984; 187).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Penelitian psikologi sastra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis.
2.
Teori strukturalisme sastra
merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan
keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri
sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya di dalam
relasi, baik relasi asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang
dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang
lebih luas (bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain dalam periode
tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi, ataupun kontras dan
parodi (Hartoko, 1986: 135-136).
B.
Saran
Menurut penyusun penulisan makalah tentang Psikologi sastra
ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan baik dari segi
teori, kajian serta penggunaan kata-kata didalamnya. Kami mengharap para
pembaca akan lebih menganalisis atau mengkaji tentang psikologi sastra ini. Teori
sastra selalu berpengaruh akan isi sebuah sastra yang dinikmati. Hal itu
memberikan wadah kepada pembaca bahwa setiap karya tulis bisa diprediksi akan
isi dan maknanya tergantung akan teori dan pemahaman pembaca. Penyusun
menyarankan agar setiap pembaca mampu untuk menilai sebuah karya sastra menurut
teori sastra yang berkemabang saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Psikoanalisis dan Sastra « Sekolah
Berpikir dan Menulis.htm
Id, Ego, dan Superego Oleh Sigmund
Freud _ BELAJAR PSIKOLOGI.htm
Blog Archive » FREUD,
Id-Ego-Superego.htm
Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra.htm
penerapan-teori-psikoanalisis-dalam.html
Hardjana, Andre.1981. Kritik
Sastra Sebuah Pengantar.Jakarta : Gramedia
Endraswara Suwardi.2008.Metode
Penelitian Psikologi Sastra.Yogyakarta : Azza grafika.
Abrams,M.H. 1979. The Mirror and
the lamp : Romantic Theory and the Critical Tradition. New York :
.Oxford University Press.
Barry, Peter. 2010. BEGINNING
THEORY. Yogyakarta: JALASUTRA
Luxemburg, Jan Van, dkk. 1986 Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan
Dick Hartoko. Jakarta : Gramedia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Beberapa Teori Sastra,
Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. PENGKAJIAN PUISI.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar